Tokoh Masyarakat 2
Wow!, sudah lebih dari setahun saya tidak menuangkan isi pikiran dan hati saya ke blog semata wayang ini. Seperti diary, blog ini hanya saya sambangi ketika keresahan muncul pada hari-hari saya. Lebih dari setahun saya menceritakan keresahan saya pada istri tercinta, namun pada kali ini tentu saya memiliki kewajiban untuk menulisnya di blog ini, karena ada sangkut pautnya dengan tulisan saya sebelumnya. Here we go! Saya selalu berusaha berbaik sangka kepada tokoh masyarakat di kampung saya, namun seiring berkembangnya volume otak saya, saya menyadari bahwasanya mereka pun tak menghargai kami, kami adalah kaum proletar, kaum akar rumput, orang miskin, wong cilik.. ( ya walaupun mereka juga masih tergolong kaum akar rumput tapi mereka sudah punya roda empat semua, dinding beton bukan tripleks atau board, sepeda motor yang tak hanya satu). Lagi-lagi ini masalah kebiasaan orang kapitalis, yang memandang, mendengar dan merespon hanya kepada sesama mereka yang orang kaya. Kepada kami, mereka...