Lubang Lubang Mimpi
Bukanya aku tidak percaya semua yang diungkapkan, diucapkan, dan diserukan semua orang adalah cinta. Aku tidak menyangkal itu bukan manifestasi dari yang namanya cinta, hanya saja setelah dipercayai cinta itu, kadang terjadi penurunan-penurunan, bukanya peningkatan penerapanya.
Tidak selalu tergesa-gesa untuk menyimpulkan, inilah kesejatian itu, ini adalah puncak dari segalanya. Kesejatian tidak bisa disimpulkan sekarang, ini masih tahap berjuang mencapai kesejatian. Dunia adalah tempat berperang, sehingga terlalu dini untuk mengatakan kemenangan, yang terjadi adalah sekarang keadaanya lebih unggul, bukan kemenangan. Tempat yang pas untuk meneriakan kemenangan dan kekalahan yaitu Akhirat.
Suatu hari setelah melalui perjuangan di dunia yang sangat melelahkan, satu malaikat membangunkanku di liang lahat. Aku terbangun, dan berkata "Apakah aku tadi tidur, dan bermimpi wahai malaikat?". Malaikat itu menjawab "Kamu sebenarnya bukan bermimpi, kamu baru saja mengalami perpindahan tahap perjalananmu. Tapi kalau disebut bermimpi juga bisa, karena kenyataanya kamu sekarang tidak berpakaian, bertempat tinggal, dan tadi saja kamu diantar kesini pakai keranda. Tentu hal ini tidak sama dengan hidupmu dulu". Malaikat itu mengamati, kemudian bertanya "Kenapa kamu tidak bingung ataupun ketakutan sebagaimana orang yang datang kemari akhir-akhir ini?". Aku pun menjawab "Bagaimana aku mau ketakutan setelah terbangun dari tidurku, karena aku baru saja mengalami mimpi yang indah. Mimpi yang dipenuhi cinta-cinta, keberhasilan cinta itu mengolah semua hal untuk dijadikan manfaat oleh cinta itu sendiri". Mendengar hal itu malaikat berkata "Sungguh indah ternyata yang dilakukan manusia. Tidak sia-sia Allah menciptakan Adam dan Hawa yang mengembangkan cinta-cintaNya". Malaikat itu kemudian pergi perlahan-lahan. "Akan kemana engkau malaikat? Bukanya seharusnya kita wawancara dulu?". Malaikat itu menjawab "Tentu saja aku akan mewawancaraimu nanti, aku akan cari wedhang dan sepiring mendoan dari surga, agar perbincangan kita juga penuh kehangatan." Dalam hatiku berkata, ternyata kehidupanku disini merupakan kelanjutan mimpi-mimpiku tadi.
***
Kalau hidup di dunia hanya mimpi dari tidur di akhirat, kenapa tidak kita desain mimpi-mimpi ini seindah mungkin, agar kita tidak terbelalak saat terbangun. Entah kapan.
Yogyakarta, 24 Agustus 2017
Comments
Post a Comment