I'm Not Surprised..

 Setelah memenangkan pertarungan dengan Conor McGregor, Nate Diaz berkata, "I'm not surprised, motherfuckers", Ia mengatakan kepada seluruh penonton. Kata-kata itu adalah sebuah kesombongan yang patut diapresiasi karena memang Nate sebelumnya diremehkan oleh seluruh penonton. Memang begitu cara membungkam mulut-mulut para bedebah yang selalu meremehkan orang lain. Begitu juga dengan yang saya alami.





Kata-kata untuk menjatuhkan sudah menjadi sahabat saya sejak belasan tahun lalu, kita mulai ceritanya.. 

Pada suatu malam, keluarga besar berkumpul di rumah saya, para orang kaya dikeluarga memberi saran kepada ayah saya didepan seluruh anggota keluarga agar tidak menyekolahkan saya di SMPN 1 Karangmojo yang notabene smp saya itu waktu itu smp kaum elit, entah dari kekayaannya ataupun kepintaran siswanya, sedangkan saya sangat bertolak belakang. Bagi saya cara memberitahu demikian adalah sebuah penghinaan. Ibu saya sempat berkata, "wedi diutangi po pye?" karena sangat tersinggung. Kedua orang tua saya tersinggung karena disinggung mengenai biaya sedangkan saya tersinggung karena diremehkan tidak bisa mengikuti pelajaran. Waktu itu saya ingin mengumpat, "BANGSAT!!" tapi tidak boleh. Tahun berganti saya lulus dari smp tersebut dengan hasil yang saya rasa lumayan, ya tidak bodoh bangetlah. Masuk SMA tidak ada gangguan, karena memang calon SMA saya waktu itu tidak populer. SMA kita skip karena memang tidak ada hal yang mengganggu. Lulus SMA, saya akan melanjutkan kuliah, lagi lagi orang-orang itu bersikeras meremehkan saya dan keluarga. Kali ini lebih ke keuangan, kalau kecerdasan saya mereka sudah saya bungkam. Hal ini mempengaruhi ayah saya, ayah saya jadi sering meremehkan saya soal beternak.

Sejak awal memang sudah saya peringatkan bahwa ketika lulus kuliah kedua orang tua saya harus siap menerima keputusan saya dan semua resikonya. Saya mengambil keputusan untuk tidak bekerja pada instansi manapun, walaupun saya punya banyak orang dalam di berbagai instansi. Tapi yang namanya sudah tekat tak akan mudah goyah oleh gemricik suara kepingan emas dan kepakan uang kertas.  Keras kepala saya berangkat dari yang pertama ideologi, kedua sifat alfa saya. Saya ingin memimpin bukan dipimpin, dan memang fitrahnya lelaki ya memimpin. Menjadi orang kaya tapi menjadi bawahan orang lain bagi saya sangat sulit, lebih baik mandiri dalam bekerja dan merdeka dalam berkarya walaupun dengan kekayaan yang minus. 

All Out Farming

Saya memulai peternakan kambing di usia 22 tahun, walaupun sebelumnya saya sudah punya beberapa kambing namun saya all out farming ya ditahun ini. Menanam pakan, mengolah limbah, meracik pakan, menangani penyakit ternak, menjaga ternak dimalam hari, ngarit, dan masih banyak lagi. Sebelum memutuskan beternak secara total saya memang sudah mempersiapkan diri dengan "peta", pasti nanti akan ada fase dimana mental saya diuji, sebagai contoh teman-teman sudah kaya saya belum, teman sudah punya pasangan saya belum, dll. Pokoknya niat ingsun membangun usaha dari kecil dan sedetail mungkin. Karena saya yakin bahwa jika kita menguasai setiap detail bidang kita, Insyaallah kita akan sukses. 


Saya percaya bahwa orang tidak akan melihat proses kita, namun akan melihat akhirnya, ketika berhasil ya mereka menjilat kalau gagal ya kita jadi bahan tertawaan. Cuman lucu aja, sebelumnya meragukan tapi setelah ada hasil dia lalu menjilat. Begitu juga dengan perempuan, kaum hawa memang suka meragukan pria yang baru merintis usaha, justru yang perlu diragukan seharusnya yang anak orang kaya itu. 


Aaaambuhlah, malah nglantur tekan ndi ndi


Comments

Popular posts from this blog

Tokoh Masyarakat

Telaga Mriwis Putih (Lake Mriwis Putih)