Tokoh Masyarakat

Lebih dari 5 tahun lalu saya menulis tentang tokoh masyarakat, kalau tidak salah di blog ini juga. Tulisan saya itu berisi tentang kebijaksanaan atau wisdom seorang tokoh masyarakat di kampung saya. Saya mengatakan bahwa mereka hanya mengikuti usulan orang kaya saja, dan usulan orang miskin hanya dijadikan sebagai angin lalu.

Kini, saya menjadi tokoh masyarakat. Karena kerangka berpikir saya adalah sosialis maka saya mendengarkan semua usulan warga, tidak cuma yang kaya tapi yang miskin juga. Seperti, ada seorang petani miskin mengusulkan untuk mengukur pH tanah pertanian, bagi saya ini usulan yang brilian, maka saya wujudkan dengan pengadaan pH meter tanah. Dan itu memang terjadi.

Namun kita tidak akan berbicara soal kapitalisme dan sosialisme. Kita akan berbicara soal wisdom. Selayaknya tokoh masyarakat kami dituntut untuk bijaksana dalam hal apapun. Bijaksana sebenarnya tidak bisa dibuat-buat, bijaksana adalah anugerah dari Allah SWT. Namun saya rasa bisa dipelajari dan dilatih. Selain kapitalisme, ternyata tokoh masyarakat disini kurang bijaksana. Contohnya, memberikan nasihat atau bahkan mengoreksi seseorang didepan khalayak ramai. Itu adalah sebuah ketidakbijaksanaan besar, kleru gedhen kalau kata saya. Sebab dengan menasihati seseorang didepan khalayak ramai bukannya memberi nasihat tapi malah mempermalukan seseorang tersebut. 


تغمد نى بنصحك في انفرا دي وجنبني النصيحة في الجما عة فإ ن النصح بين الناس نوع من التو بيخ لا أر ضى استماعه وإن خالفتني وعصيت قولي فلا تجزع إذا لم تعط طا عة

"Sampaikan nasihatmu kepadaku saat aku sendirian. Dan jangan katakan nasihat itu kala banyak orang karena memberi nasihat di kalangan banyak orang adalah salah satu bentuk dari pelecehan, aku tidak senang mendengarnya. Apabila saran dan ucapanku ini tidak kau perhatikan. Janganlah menyesal jika sekiranya nasihatmu tidak ditaati."  

Imam Syafi’i yang dimuat di dalam buku berjudul Mauizhat terbitan Rene Islam. (https://khazanah.republika.co.id/berita/qx2ah9320/imam-syafii-ingatkan-nasihati-sesama-jangan-depan-orang)

Jadi inilah bijaksana, hal sekecil ini namun sangat berdampak bagi berjalannya hubungan antar manusia. 

Bagi saya, menasehati orang di depan orang banyak adalah sebuah penghinaan besar. Saya mengalami itu dari beberapa tokoh masyarakat yang merasa dirinya sudah hebat karena itu saya hilang respect dan membangkang kepada orang tersebut, tentu saja menimbulkan perpecahan, minimal perpecahan pendapat. Jelas merugikan kan? Makanya wisdom ini sangat berpengaruh walaupun dalam menyikapi hal kecil.

Ternyata parah juga kampung saya, dikuasai orang yang tidak bijaksana, pantas saja dari jaman jepang sampai sekarang peradabannya masih sama aja. 

Dan tentu saja, saya juga menyalahkan warga yang nurut sama orang yang tidak bijaksana, ngopo manut karo wong mbocahi ngono. 

Ya sudahlah, sepertinya kita memang harus maido mereka. Bukan berarti kita disrespect tapi kalau hanya dibiarkan mereka akan ndodro atau semakin menjadi-jadi. Mentang-mentang tua aja kemalan.

Comments

Popular posts from this blog

Telaga Mriwis Putih (Lake Mriwis Putih)

I'm Not Surprised..