Gerutu di Tengah Pandemi
Tahun 2020 pada bulan Maret Indonesia digegerkan dengan terjangkitnya virus corona pada beberapa warga. Setelah sebelumnya pemerintah mendeklarasikan bahwa Indonesia bebas covid-19 (nama keren untuk virus corona). Virus Corona lahir di Wuhan pada tahun 2019, sebenarnya. Maka dari itu, dinamai covid-19. Virus ini hanya butuh waktu kurang lebih 6 bulan untuk menjadi pandemi. Pandemi adalah sebutan untuk wabah yang menyebar keseluruh dunia.
Pemerintah Indonesia sempat salah langkah, hingga akhirnya ratusan rakyat Indonesia mati karena virus ini. Ujung-ujungnya pekerja diliburkan, pelajar diliburkan, dilarang berkumpul, jika keluar rumah harus menggunakan masker, bahkan ada sebuah mall yang mem-phk pegawainya, dan masih banyak hal chaos lainnya. Ambil contoh pelajar atau mahasiswa. Pelajar, home schooling, daring, online. Belajar dari rumah, upload tugas, dan sepertinya tidak ada ujian. Mahasiswa yang akan lulus tertunda, mahasiswa banyak tugas, dan inj yang akan saya bahas. Mahasiswa yang menggerutu ditengah pandemi. Mari kita mulai,..
Mahasiswa adalah seseorang dengan usia sangat produktif, sehingga kebanyakan mahasiswa normal memiliki banyak kegiatan di dalam dan di luar perkuliahan. Setuju?.
Oke, ketika kuliah online, setiap dosen memberikan tugas yang mana tugas itu tidak sederhana. Itu satu.
Kedua, tidak semua mahasiswa berasal dari keluarga kaya.
Ketiga, etika menjadi seorang anak di rumah adalah membantu orang tua.
Oke, sampai sini paham ya?
Jika kita belajar online saja itu masih mending, sebab hanya butuh waktu beberapa menit saja. Permasalahannya jika mahasiswa dibebani dengan tugas. Seperti yang saya kemukakan di poin kedua, remaja yang berusia 20 tahunan yang normal tidak akan diam saja mengerjakan tugas sementara orang tua bekerja di rumah untuk menambal kebocoran keuangan agar bisa cukup sampai pandemi berakhir. Dan yang ketiga ini yang paling penting, sangat tidak beradab ketika orang tua menyuruh anaknya untuk membantu tapi anak itu mengelak (walaupun alasannya tugas).
Siang bantu orang tua, selayaknya warga rumah lainnya, malam capek dan waktunya istirahat. Inilah praktek dari kata para ulama bahwa adab itu lebih tinggi dari pada ilmu.
Tetapi di sisi lain dosen memberikan tugas yang menumpuk, gimana dong?
Sudahlah pak dosen, bu dosen, kita ini sedang mengalami kondisi yang sama-sama tidak kita inginkan, jadi kuliah online tidak usah ada tugas. Sebenarnya kami juga tidak mau nama dosen tercoreng karena mahasiswanya memiliki nilai buruk, jadi ya ayolah kerja sama, bahu membahu untuk kenyamanan bersama, tidak perlubada tugas, kami pusing, orang tua pusing dan anda juga pusing. Kalau ada yang mudah dan sederhana kenapa harus pilih yang yang sulit dan berbelit?.
Jika dipaksakan terus bukan nilai bagus yang kami harapkan, tapi justru karma yang kamj harapkan. Saya tekankan lagi, kondisi seperti ini sangat tidak baik untuk mengerjakan tugas-tugas formalitas seperti yang bapak ibu dosen berikan. Semua orang takut, stress karena covid-19, tidak usah menambah beban psikis kepada anak didikmu. Sholat berjamaah di masjid saja ditiadakan karena covid kok tugas masih diadakan itu lancang namanya, anda sama saja mencoba lebih penting dari Tuhan. Gitu lho..
Demikian gerutu saya di pagi yang cerah ini, di antara covid-19 dan gemuruh mesin pertanian, sebab saya adalah pemuda desa yang tidak mungkin diam saja pegang hp atau laptop sementara orang tua bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam pandemi ini.
Mohon jika ada dosen yang membaca coretan ini silahkan renungkan dan rasah aleman!!
Gunungkidul, 17 April 2020
Comments
Post a Comment