Surat
Menurut pengalamnku membaca surat lebih ngena daripada membaca pesan singkat.
Jadi gini..
Beberapa tahun lalu aku membuka sebuah kotak di dalam lemari dan menemukan secarik surat dari keluarga di kampung. Surat itu ditulis ketika aku masih kecil lalu dikirim ke keluarga kecilku yang berada di perantauan. Ketika membacanya hatiku cukup bergetar, aku merasakan sebuah kehidupan yang sederhana, sangat mengena, dan syahdu. Sampai-sampai aku mbrebes ketika membaca surat itu. Isinya ya cuma menanyakan kabar dan memberi kabar. Dalam imajinasiku surat ini ditulis ketika anggota keluarga berkumpul, setelah Maghrib atau Isya dan ditata dulu kalimatnya sebelum ditulis. Makanya bisa membuat hatiku tersentuh, pertama oleh kalimatnya, kedua oleh imajinasiku sendiri, dan yang ketiga oleh waktu dan ruang yang membuat semua ini terekam atau sisi historisnya lah.
Nah, karena pengalaman itu, pengalaman merasakan hal yang berbeda ketika membaca surat dan membaca pesan singkat, maka mengirim surat adalah jurus pamungkas (jurus terakhir) ketika aku mencoba menyentuh hati perempuan. Sejauh ini hanya ada 2 perempuan yang sudah menerima suratku, hanya perempuan yang lolos seleksi ketat, perempuan yang sesuai standar. Yang pertama yaitu mantan pacarku yang memang kukirimi surat ketika kami sedang mengalami konflik dan terbukti berhasil meluluhkan hatinya. Yang kedua, belum lama ini, kukirim kepada perempuan incaranku sejak 5 tahun lalu. Aku yakin berhasil menyentuh hatinya, sebab setelah kukirim surat itu Ia selalu hadir dalam daftar penonton story yang mana sebelumnya tidak pernah. Walaupun jawabannya aku juga belum tahu, tapi yang penting aku sudah berhasil menyentuh hati perempuan itu.
Bayangkan saja, hati laki-laki saja bisa tersentuh oleh surat, apalagi hati perempuan yang lembut. Ini boleh dicontoh boleh tidak. Surat adalah simbol keseriusan, formal, penghormatan. Jadi ketika kita menulis surat kita merasa menghormati si penerima, entah kenapa bisa begitu tapi itu yang saya rasakan. Makanya surat menyurat ini kujadikan senjata terakhir.
Ketika mulut tak mampu melahirkan kata, maka pena akan membantunya. (Mufid).
Jumat, 27 Agustus 2021, 1:40 WIB
Comments
Post a Comment