Seni itu...

"Yang dimaksud seni itu apa?" Tanya Mas Dipsi pada saya dan Mas Ilham malam itu di belakang rumah Mas Bahar.

"Seni itu keindahan relatif, dan bisa juga digunakan sebagai bahasa" jawabku, Ilham hanga menyimak.

Kami mulai masuk ke ranah seni karena awalnya kami bicara soal orang yang dicat silver di lampu merah. Karena bagi Mas Dipsi dengan dicat saja sudah memiliki nilai seni, dan layak untuk diapresiasi. Namun bagi saya beda, cat hanyalah properti pertunjukan, pertunjukan seninya adalah menjadi patung. Ketika mereka tidak berdiam layaknya patung, maka mereka hanya berhasil menumbuhkan imajinasi negatif dalam benak saya yaitu mereka adalah pemalas. Ya terserah kalau kalian tidak terima dengan pernyataan saya, terima atau tidak terimanya anda itu tidak mengubah prespektif saya. 

Maksud saya begini, dari sekian banyak manusia patung yang saya temui, 90% pemuda dan masih sehat. Kenapa kesehatan, kekuatan itu tidak dimanfaatkan untuk pekerjaan yang lebih bermartabat daripada sekedar meminta-minta?. Oke, hidup di kota, tidak ada pekerjaan, jangan cari pekerjaan kalau gitu ciptakan pekerjaan, jadi pemulung itu lebih bermartabat menurut saya daripada berpenghasilan tinggi tapi hasil minta-minta. 

Tidak usah menyalahkan pemerintah karena tidak ada lapangan pekerjaan, kalau pemerintah bikin lapangan pekerjaan pun kalian tidak lolos seleksi karena pernah menjadi orang minta-minta padahal secara fisik kalian masih kuat untuk pekerjaan lain, itu berarti anda pemalas, dan tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Fuck you, bitch!

Comments

Popular posts from this blog

Tokoh Masyarakat

Telaga Mriwis Putih (Lake Mriwis Putih)

I'm Not Surprised..