Contoh Isi Makalah Sel Darah Putih (Dasar Anatomi dan Fisiologi Ternak)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sel
darah putih adalah komponen penting dalam tubuh manusia. Maka dari itu
sangatlah penting untuk kita mempelajari hal tersebut, untuk membantu dalam kehidupan
sehari-hari.
Sel
darah putih atau disebut juga sebagai leukosit adalah sel darah yang juga
termasuk dalam sistem kekebalan tubuh. Maka dari itu, fungsi sel darah putih
yang utama yaitu untuk melindungi tubuh dari ancaman infeksi, penyakit menular
dan serangan zat asing yang berbahaya. Sel darah putih diproduksi dari sel
multipoten yang terdapat di sumsum tulang atau disebut juga sel induk
hematopoietik. Leukosit dapat ditemukan di seluruh tubuh,
termasuk jaringan ikat, sistem getah bening (limfatik), dan sistem
peredaran darah. Semua leukosit memiliki nukleus (inti sel) yang
membedakannya dengan sel darah lain, tidak seperti sel darah merah
(eritrosit) dan trombosit yang keduanya tidak memiliki inti sel.
1.2 Fungsi Sel Darah Putih
Granulosit
dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya
dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan
oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka
disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat:
Mengepung daerah yang terkena infeksi
atau cedera, menangkap organisme hidup
dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan
dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein,
yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan
cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan.
Sebagai
hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat
terbentuk nanah.
Nanah berisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh
dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga
terdapat banyak kuman yang
mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang
sudah mencair.
dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang
bekerja sebagai fagosit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Sel
darah putih adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler/diapedesis.
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel
darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar
7000-25000 sel per
tetes.Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6000
sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Di
dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringantertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing,
atau mikroorganisme penyusup. Selain itu,
leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
2.2 Struktur
Leukosit
Sel darah putih memiliki karakteristik yaitu :
Memiliki inti sel sehingga dapat bertahan hidup berbulan-bulan.
Tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak berwarna merah.
Ukurannya lebih besar dari eritrosit.
Sel darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dibagi
menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit merupakan
sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri dari
neutrofil, eosinofil, dan basofil.
- Neutrofil merupakan sel darah putih
yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral. Neutrofil
berfungsi memakan kuman penyakit, contohnya bakteri.
- Eosinofil merupakan sel darah putih
yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat asam. Eosinofil berfungsi
untuk mengatasi jenis-jenis penyakit karena alergi.
- Basofil merupakan sel darah putih
yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat basa. Basofil
menghasilkan heparin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah
Agranulosit merupakan
kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergrabula. Agranulosit
terdiri dari limfosit dan monosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berfungsi
untuk membentuk antibodi yang berperan dalam menjaga kekebalan tubuh, sementara
monosit dapat bergerak dan bersifat fagosit.
2.3 Proses
pembentukan Leukosit
Leukopoiesis
adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony
stimulating (factor perangsang koloni). Colony stimulating ini dihasilkan oleh
leukosit dewasa.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang
terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam
sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan granulosit
tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit, ditemukan pada jaringan yang
berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli. Proses
pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
Bertambahnya
jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan pembelahan
sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang menjadi
leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam
sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke
dalam jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu,
beberapa bulan, tergantung pada jenis leukositnya.
Pembentukan
leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis, sehingga
pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada seri
granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri
agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit
(limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan pada monosit
(monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.
Granulopoiesis
adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya menjadi sel yang
paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil. Proses ini
memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan mielosit semuanya
mampu membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau mitotik. Setelah
tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel mengalami pematangan melalui
beberapa fase yaitu: metamielosit, neutrofil batang dan neutrofil segmen. Di
dalam sumsum tulang sel ini mungkin ada dalam jumlah berlebihan yang siap
dibebaskan apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat menetap di sumsum tulang
sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila diperlukan.
Limfopoiesis
adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20% dari sumsum tulang
normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah pematangan,
limfosit masuk ke dalam pembuluh darah, beredar dengan interval waktu yang
berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di kelenjar limfatik (Sacher,
2004).
Monopoiesis
berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel induk dengan
potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit
yang bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau menjadi
monoblas. Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang sebagiannya
berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang lain merupakan
cadangan sel yang sangat lambat berkembang. Waktu yang dibutuhkan sel induk
sampai menjadi monosit adalah sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia dalam
sumsum dalam jumlah besar, namun bermigrasi ke dalam sinus setelah dibentuk.
Monosit bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36 jam sebelum akhirnya masuk
ke dalam jaringan.
2.4 Masa hidup Leukosit
Masa
hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya adalah 4
sampai 8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4 sampai 5 hari berikutnya berada dalam
jaringan yang membutuhkan. Pada keadaaan infeksi yang berat, masa hidup
keseluruhan sering kali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit
bekerja lebih cepatpada daerah yang terinfeksi dan lebih cepat pula mati akibat
pertarungan dengan agen infeksi.
Monosit juga memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam dalam darah, sebelum mengembara melalui membran kapiler menuju ke jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, dalam bentuk ini sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan kecuali bila sel-sel itu dimusnahkan saat melakukan fungsi fagositik.
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu bersama dengan aliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit keluar dari darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis, dan selanjutnya memasuki limfe dan kembali ke darah lagi. Demikian seterusnya sehingga terjadi sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan bergantung pada kebutuhan tubuh akan sel tersebut.
Monosit juga memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam dalam darah, sebelum mengembara melalui membran kapiler menuju ke jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, dalam bentuk ini sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan kecuali bila sel-sel itu dimusnahkan saat melakukan fungsi fagositik.
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu bersama dengan aliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit keluar dari darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis, dan selanjutnya memasuki limfe dan kembali ke darah lagi. Demikian seterusnya sehingga terjadi sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan bergantung pada kebutuhan tubuh akan sel tersebut.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment