Polusi Tidur

Pada suatu malam, aku berdoa agar aku tidak terlihat, kalau tidak terlihat aku bebas mau kemana saja, dan melakukan apa saja. Akupun melakukan ritual-ritual dan merapal doa, tapi tidak berhasil. Akhirnya aku putus asa, kukira itu hal yang mustahil, tapi beberapa bulan setelah itu..

Tunggu, apakah aku berhasil?!

Aku ingin tidak terlihat, apakah aku berhasil?!

Ah iya, aku berhasil.. buktinya orang-orang yang biasanya tersenyum padaku sekarang lewat dengan angkuhnya, yang biasanya berpegangan tangan dan berpelukan sekarang tidak pernah melihatku, yang biasanya tertawa bercanda riang gembira bersama kini melewatiku tanpa sapa, yang biasanya berbagi cerita dan cinta denganku kini berbagi cerita dan cintanya dengan orang lain, yang biasanya mengejek dan memukulku sekarang kok tidak lagi, yang dulu aku tolong sekarang kok kalau berpapasan tidak ada reaksi atas senyumku.

Oh sudah yakin, aku tidak terlihat. Tapi sek sek sek, kok lampu di jalan yang tidak beraspal masih memberiku bayangan?, anjing cebol ini juga masih bereaksi ketika aku gerak?, Tapi yang beda, angin malam kurasa hangat, tidak sedingin mereka yang tidak bisa melihatku.

Ini ini ini kej kej kejjjaadian annneeehhh. Lampu masih menganggapku, anjing pun begitu, angin malam bagai selimut hati yang sepi. Oke

Mulai saat ini keyakinanku berubah, bukannya aku tidak terlihat, dunia tidak menganggap perubahanku, mereka kira aku melakukan perubahan semu, hingga aku dilahap bumi bersama identitas lamaku.

Hmmm aku hanya bisa bergumam hmmm

Gelap memang gelap, menerka masa depan, melewati bayang masa silam yang suram, memanjat cita, bersulur angan, namun terus akan kulakukan, karena didalam hati ada seberkah sinar harapan, yang pastinya membantuku menemukan kehidupan yang lebih tertata, dan biasa.

Hmmm hela nafas yang tak begitu dalam menyadarkanku, ternyata tidurku miring ke kiri, pantes saja nyesek.. heuheu

Comments

Popular posts from this blog

Tokoh Masyarakat

Telaga Mriwis Putih (Lake Mriwis Putih)

I'm Not Surprised..