Kakek Penggembala

Di siang hari pada musim kemarau,aku datang paling awal.Kata teman-teman harus ontime,tapi kenyataanya hanya bulan saja.Di Balai di daerah Siyono itu,tempat kami berlatih tari untuk acara pensi sekolah yang diadakan rutin setiap tahun.

Balai itu sepi,tidak ada orang,kecuali diseberang jalan depan balai.dikiri balai ada lapangan voli yang dikelilingi oleh rumput-rumput yang gemuk-gemuk.Dikanan Balai ada sebuah rumah yang sepertinya itu tempat untuk menaruh peralatan Balai.

Karena waktu itu aku sendiri,ya aku cuma ngliatin sekitar.

Dari gang kecil di sebrang jalan raya depan balai muncul seorang Kakek dengan menuntun cempe (anak kambing).Aku lihat-lihat,cempe itu berjenis kelamin jantan.Kakek itu lalu menyebrangi jalan raya itu.Menuju rerumputan disekitar lapangan voli.Ia meninggalkan cempenya disitu setelah Ia beberapa saat menemani cempenya itu merumput.

Mana mungkin aku tidak berpikir bahwa,Kakek itu hidup sendiri disebuah gubuk dibalik gedung milik juragan lampu di sebrang jalan.Dan satu-satunya aset yang Ia miliki adalah cempe yang Ia tinggalkan untuk merumput tadi.

Ah,waktu itu aku jadi masuk ke dunia paralel dimasa depan,bahwa bisa jadi aku,atau temanku yang seperti itu.Bisa jadi Ia adalah orang terakhir dari keluarganya.Bisa jadi Ia adalah mantan pejuang kemerdekaan yang kini tidak dihiraukan oleh pemerintah.

Ya,apapun itu,peristiwa ini adalah cubitan kecil untukku untuk lebih mengasihi orang tua,menyayangi orang tua,dan yang pasti selalu siap sedia untuk orang tua.

Kira-kira tahun 2015.

Demikian catatan jalanan yang aku tulis dalam sepi dan juga panasnya siang di kemarau.Catatan jalanan selanjutnya akan hadir beberapa hari kedepan.Terimakasih telah membaca.

Jangan lupa untuk berlangganan blog ini,atau minimal tinggalkan komentarlah.Thx.

Comments

Popular posts from this blog

Tokoh Masyarakat

Telaga Mriwis Putih (Lake Mriwis Putih)

I'm Not Surprised..